twitter



Globalisasi menawarkan sejuta pembaharuan yang banyak memberikan sumbangsih kemajuan bagi kehidupan manusia. Efeknya secara jelas terasa di sekitar kehidupan kita. Berapa banyak diantara kita di jaman yang serba instan ini masih menggunakan fasilitas surat menyurat untuk menjangkau rekan maupun kerabat yang tinggal di luar kota ataupun di luar negeri ? Saya percaya bahwa sebagian besar dari kita telah meninggalkan alat komunikasi yang sempat fenomenal itu. Mungkin anda masih ingat masa – masa di tahun 90 an dimana istilah sahabat pena masih begitu familiar. Namun istilah sahabat pena itu kini hampir tak terdengar lagi, pelan – pelan ditenggelamkan oleh arus globalisasi. Fasilitas fasilitas moderen dengan simbol kecanggihannya bermunculan, surat – menyurat tidak lagi menjadi tren ketika fasilitas sms, email, friendster, facebook dan website pertemanan lainnya menggantikan fungsi penyampaian pesan dengan lebih cepat dan inovatif.

Dewasa ini dimana ruang dan waktu terasa tak seluas dulu, arus informasi begitu cepat dan mudah untuk diakses kapanpun dan dimanapun. Mata kita tidak lagi tertutup dari berbagai peristiwa yang terjadi di dunia Efek globalisasi ini jelas memberikan manfaat yang begitu besar bagi kemajuan suatu bangsa, terutama bagi kemajuan negara – negara berkembang seperti negara Indonesia. Bangsa yang berkembang boleh belajar banyak hal dari bangsa lain yang lebih dulu maju. Namun seperti pepatah yang mengatakan bahwa dimana ada gula disitu ada semut, maka efek positif tak pernah lepas dari efek negatif yang melekat bersamaan dengannya. Di satu sisi arus globalisasi membawa kemajuan pesat bagi bangsa ini namun di sisi lain turut menyapu nilai – nilai kehidupan bangsa yang berharga.

Sadar atau tidak sadar salah satu hal berharga yang ikut tersapu oleh arus globalisasi yang menghanyutkan bangsa ini adalah, kepolosan dan keluguan putra putri generasi penerus bangsa. Mereka adalah harta yang kini mulai tercemar oleh polusi globalisasi zaman. Apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka konsumsi tidak lagi menjadi perhatian dan prioritas. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah reaksi bangsa ini yang hanya tersenyum cuek ketika “harta” mereka dicekoki racun – racun kehidupan oleh kaum kapitalis yang berlomba – lomba menimbun harta. Lihatlah tayangan – tayangan televisi yang dikonsumsi putra – putri bangsa ini, sinetron – sinetron yang mengajarkan kekerasan dan kebencian. Maupun lagu – lagu sekuler yang hampir seluruhnya memperkenalkan mereka pada keputusasaan cinta. Sungguh memprihatinkan ketika nilai – nilai kebaikan disamarkan dan digantikan dengan nilai – nilai kekerasan maupun permusuhan. Masih ingatkah anda sekalian pada kasus kekerasan yang menimpa seorang anak berumur 9 tahun bernama Ahmad Firdaus ? Ahmad adalah seorang siswa SDN Babakan Surabaya VII yang pingsan setelah dipukul teman sebayanya yang mempraktekan apa yang disaksikannya lewat tayangan “ Smackdown “ ( sebuah tayangan luar yang menampilkan permainan kekerasan yang kemudian ditayangkan di salah satu stasiun tv lokal ). (Warta Kota 28 November 2006).

Pertanyaannya kemudian setelah semua yang terjadi, masihkan hati nurani kita memilih untuk tidur dan tak peduli dengan mereka yang diracuni ? Sumbangsih apa yang dapat kita berikan dalam memperbaiki dan mengembalikan kepolosan dan keluguan putra – putri bangsa yang telah ternodai ? Salah satu hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan memberi perhatian terhadap tayangan – tayangan maupun musik – musik yang dikonsumsi anak, adik maupun anak – anak disekitar kita. Usahakan untuk memperkenalkan mereka pada tayangan – tayangan maupun musik – musik yang mendidik dan mengandung nilai kebaikan serta sesuai dengan porsi usianya. Perhatian dan kepedulian kita sekecil apapun sangat berharga dan berguna dalam menentukan nasib putra – putri bangsa ini di masa yang akan datang. Mari selamatkan “ anak – anak “ kita !



Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak – anak IPS kerap kali ditempatkan sebagai golongan ke dua di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Institusi sekolah beserta tenaga pengajarnya lebih senang membanggakan dan memberi perhatian lebih kepada anak – anak IPA, karena dianggap lebih mampu berprestasi. Diskriminasi terhadap anak – anak IPS juga terlihat dari keberadaan fasilitas sekolah yang mayoritas lebih ditujukan guna menunjang kegiatan pembelajaran bagi anak – anak IPA dibanding bagi anak – anak IPS. Cap sebagai anak – anak bodoh dan pembuat masalah seolah melekat pada diri anak – anak IPS walaupun berusaha dikaburkan. Padahal sesungguhnya anak – anak IPS punya hak ditempatkan setara dengan anak – anak IPA karena baik anak – anak IPA maupun anak – anak IPS punya daya saing yang sama kuatnya. Hanya kemudian kembali kepada seberapa adil kesempatan yang diberikan bagi anak – anak IPS untuk mengembangan kemampuan dan bakatnya.

Layaknya setiap manusia diciptakan dengan talenta dan kepribadian yang unik, anak – anak IPS memiliki karakter yang berbeda dengan anak – anak IPA yang cenderung tenang dan penuh perhatian, hal ini membuat mereka membutuhkan sistem pembelajaran yang berbeda pula dengan anak – anak IPA, Yaitu suatu sistem pembelajaran yang aktif dan komunikatif sesuai dengan jiwa sosial yang mereka miliki. Mereka butuh wadah yang mampu menjadi tempat mengekspresikan diri secara kreatif dan independen. Pertanyaannya kemudian mampukah intitusi sekolah menjadi wadah bagi anak – anak IPS yang juga merupakan calon – calon pemimpin bangsa.? Metode – metode pembelajaran seperti apa yang dapat menunjang pengembangan diri anak – anak IPS sehingga mampu membuktikan kepada masyarakat luas bahwa mereka adalah putra – putri bangsa yang penuh prestasi ? Disini saya mencoba untuk menyarankan beberapa metode pembelajaran yang saya harapkan mampu membuat pelajaran IPS menjadi suatu pelajaran yang lebih menarik, ketika suatu pelajaran menjadi menarik, maka minat siswa untuk mengikuti pelajaran akan meningkat, sehingga siswa diharapkan dapat menerima dan menyerap materi pelajaran dengan lebih efektif yang kemudian berdampak pada suatu pencapaian prestasi.

Tentunya anda dan saya setuju bahwa pelajaran ekonomi dan akuntansi adalah pelajaran – pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif. Mengapa saya katakan monoton dan tidak kreatif? Saya mencoba membayangkan ketika kita membuat suatu laporan laba rugi, sejak dulu sampai sekarang laporan laba rugi tidak pernah berisi hal lain selain pendapatan dan beban. Kemudian saya mencoba membayangkan jika anda berusaha kreatif di dalam membuat suatu laporan laba rugi, kemudian anda menambahkan gambar – gambar lucu di dalam laporan tersebut atau menambahkan warna pada tulisannya,tentu itu akan menjadi hal yang salah karena menyalahi aturan. Itulah mengapa saya menggambarkan kedua pelajaran tersebut sebagai pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif karena terikat dengan sebuah aturan baku yang mustahil untuk diubah dan dilanggar, sehingga terkadang berdampak pada ketidaktertarikan siswa terhadap kedua pelajaran tersebut. Tetapi bukan berarti kita tidak mampu mensiasati kedua pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif tersebut menjadi pelajaran yang lebih menarik dan sedikit lebih kreatif. Disini saya mencoba menawarkan sebuah metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk mengorganisir sebuah acara. Disini siswa belajar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi dan akuntansi yang telah mereka dapatkan mulai dari proses perencanan acara, manajemen acara, sampai dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan dari acara tersebut. Di sisi lain siswa juga belajar prinsip – prinsip kerjasama dalam mensukseskan sebuah acara.

Sejarah adalah ilmu yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, kalau kita sedikit bernostalgia ketika masih SD, guru kita mengajarkan bahwa yang menjadi dalang peristiwa gerakan 30 september 1965 adalah PKI, tapi kemudian seiring berjalannya dengan waktu muncul analisa – analisa baru yang justru menunjukkan bahwa belum tentu PKI yang menjadi dalang dari peristiwa G 30 S tersebut. Ini menunjukkan bahwa ilmu sejarah terus mengalami perkembangan. Karena itu sangatlah penting untuk kita terus memperbaharui dan menambah pengetahuan sejarah yang dimiliki. Untuk itu saya mencoba menyarankan metode pembelajaran sejarah dengan melakukan kunjungan ke tempat – tempat bersejarah, lewat kunjungan tersebut siswa dapat menyaksikan secara langsung berbagai peninggalan bersejarah yang bermanfaat menambah pengetahuan sejarah yang mungkin tidak mereka dapatkan di buku.

Geografi kerap kali tampil sebagai pelajaran yang paling menakutkan bagi sebagian besar siswa IPS. Tapi pernahkah kita berpikir, dibalik momok yang menakutkan tersebut sebenarnya apa tujuan kita belajar geografi? Tujuannya tak lain untuk memperkenalkan dan menanamkan rasa cinta terhadap alam. Untuk tujuan tersebut saya mencoba menawarkan sebuah metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam, seperti hiking, arung jeram, dan kampanye global warming sebagai wujud dari kecintaan terhadap alam.

Sosiologi adalah ilmu yang belajar mengenai segala hal tentang masyarakat. Untuk itu saya menyarankan sebuah metode pembelajaran dimana siswa ditempatkan ke rumah – rumah penduduk yang ada di pedalaman ( misalnya suku badui ) selama beberapa hari, disini siswa dapat belajar keluar dari kenyamanannya dan belajar bagaimana menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan masyarakat yang sifatnya heterogen dan beragam. Kegiatan sewacam ini juga dapat memberikan pengalaman hidup yang berharga yang diharapkan mampu mendewasakan siswa.

Tentunya anda pernah mendengar ungkapan yang bunyinya “ buku adalah jendela dunia “ yang artinya lewat buku kita dapat menyaksikan segala hal yang ada di dunia ini tanpa batas ruang maupun waktu. Untuk itu saya memilih kegiatan bedah buku sebagai metode pembelajaran yang saya tawarkan dalam pelajaran bahasa. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa dapat terus menambah pengetahuan mereka, karena pengetahuan adalah kunci keberhasilan siswa IPS. Itulah sekuel metode pembelajaran yang dapat saya tawarkan bagi siswa program IPS, semoga bermanfaat.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin


Berbicara mengenai tanggung jawab, ada baiknya jika kita menengok sejenak kitab Kejadian pasal 1. Kejadian pasal 1 berisi tentang masa penciptaan, dimana Allah selama 6 hari menciptakan bumi dan segala isinya serta manusia. Pada hari pertama sampai hari ke 5 Allah menciptakan bumi dan segala isinya, beserta tumbuhan dan hewan, dan lihat apa yang dikatakan Allah pada setiap kali ia mencipta, Allah selalu berkata “ Allah melihat semuanya itu baik “ ( Kejadian 1, ayat 10, 12, 18, 21, 25).

Tetapi pada hari ke 6 ketika Allah menciptakan manusia, lihat apa yang Allah katakan “ Allah melihat segala yang dijadikan-Nya sungguh amat baik. ( Kejadian 1, ayat 31 ). Artinya kehadiran manusia melengkapi segala ciptaan-Nya, kehadiran manusia menjadikan segala ciptaan-Nya menjadi sempurna, menjadi sangat amat baik. Itulah tanggung jawab yang telah Allah taruh dalam diri manusia sejak penciptaan manusia yang paling pertama, dan yang sekarang juga menjadi tanggung jawab kita, yaitu menjadikan dunia tempat yang sangat amat baik, sesuai seperti apa yang Allah kehendaki. Bagaimana caranya menjadikan dunia tempat yang sangat amat baik? Jawabannya tergantung pada peran kita masing – masing di dalam kehidupan ini, dimana kita ditaruh Tuhan, disitulah kita harus menjalankan tanggung jawab kita untuk menjadikan apa yang ada di sekitar kita menjadi sangat amat baik.

Misalnya saya, saya adalah seorang pelajar. Sebagai pelajar, saya punya tanggung jawab untuk sekolah. Untuk apa sekolah? Jelas untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik. Mau tau dimana hubungannya? Di sekolah kita belajar banyak hal, bukan saja tentang pengetahuan, karena belajar harusnya tidak terbatas pada ilmu saja, tapi kita juga belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, belajar sopan santun, belajar disiplin, di dalam sekolah ada pembentukan karakter dan pola pikir yang mungkin kadang tidak kita sadari. Di sekolah kita “dicekoki” berbagai nilai – nilai kehidupan yang positif.

Menurut anda mengapa tingkat pendidikan menjadi salah satu ukuran status seseorang dalam masyarakat? tentu karena mereka yang terpelajar cenderung memiliki karakter dan pola pikir yang berbeda dengan mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Seorang dokter dan seorang preman pasar tentu memiliki respon dan solusi berbeda ketika dihadapkan pada sebuah masalah dalam hidupnya. Seorang dokter akan menyelesaikan masalahnya dengan sebuah pemikiran yang matang sebelum membuat sebuah tindakan, tapi seorang preman akan cenderung menyelesaikan masalahnya dengan emosi dan kekuatan, tanpa pikir panjang.

Jadi sekolah itu sangat bermanfaat kan? Bagus kan efeknya? Kalau masyarakat satu dunia semuanya berpendidikan, mereka semua sekolah, mereka semua punya pola pikir yang penuh dengan nilai – nilai positif dan karakter yang positif maka perpecahan, perselisihan, perang, penjajahan, kemiskinan tentu dapat diminimalisir, dengan begitu dunia tentu perlahan tapi pasti menuju sangat amat baik.

Satu hal kecil saja dengan sekolah, telah memberikan arti yang begitu besar bagi dunia ini, dengan pergi ke sekolah, belajar sungguh – sungguh walaupun begitu mengantuk ketika harus bangun di pagi hari saya telah membantu menjadikan dunia tempat yang lebih baik dan menuju sangat amat baik.

Lalu bagaimana tanggung jawab saya dalam kehidupan bermasyarakat ? Tentu tanggung jawabnya tetap sama menjadikan dunia tempat yang sangat amat baik. Caranya bagaimana ? Tegantung pada masyarakat mana saya ditempatkan, dalam keluarga, saya berusaha menjadi anak yang terbaik, yang sayang sama orang tua, berusaha membuat mereka bangga pada diri saya dan menghormati serta menghargai mereka sebagaimana seharusnya seorang anak pada orang tuanya.

Dalam kehidupan pertemanan saya, dalam lingkungan pergaulan saya dengan teman – teman saya, saya berusaha menjadi teman yang terbaik, berusaha menjadi teman di kala senang, sedih, susah dan gundah. Ketika teman butuh tempat curhat, saya berusaha menjadi pendengar yang baik dan seorang penasihat yang bijak namun menenangkan.

Di lingkungan tempat tinggal, dimana saya tidak tinggal sendirian tentunya, ada tetangga – tetangga di sekitar rumah saya, saya berusaha menjadi tetangga yang sebaik mungkin, misalnya ketika sadar hari sudah malam, dan waktunya tidur, saya tidak menyalakan musik keras – keras.

Dalam hubungan saya dengan kepala sekolah, guru serta staf – staf pengajar di sekolah, saya berusaha menghormati dan menghargai mereka, Penghormatan dan penghargaan saya terhadap mereka saya tunjukkan dengan mendengarkan dan memperhatikan dengan sungguh – sungguh ketika guru sedang mengajar dan menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Sadar akan begitu mulianya pengabdian para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, saya berusaha semaksimal mungkin agar pengorbanan yang telah mereka berikan tidak menjadi sia – sia, caranya adalah dengan belajar sungguh – sungguh dan memanfaatkan semaksimal mungkin ilmu yang telah diberikan oleh guru. Bukan saja ilmu pengetahuan tetapi juga ilmu tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini dengan baik. Selain menghargai guru, saya juga berusaha untuk menghargai para pegawai sekolah, caranya dengan membantu menjaga kebersihan kelas, dengan begitu saya sudah membantu meringankan pekerjaan para pegawai sekolah.

Bagaimana hal – hal yang saya lakukan mampu menjadikan dunia tempat yang lebih baik? Apapun yang saya lakukan, saya berusaha agar orang – orang disekitar saya dapat melihat kemuliaan Tuhan dalam setiap perkataan dan perbuatan saya, semakin banyak orang yang melihat kemuliaan Tuhan dan percaya pada Tuhan, pastinya dunia akan menjadi tempat yang sangat amat baik.

Tadi itu tentang saya dan bagaimana saya menjalakan tanggung jawab saya dalam kapasitas dan peran saya. Bagaimana dengan anda ? Sudahkah anda menjalankan tanggung jawab anda sebagai seorang manusia ciptaan-Nya ? Tanggung jawab untuk menjadikan dunia tempat yang sangat amat baik bukan cuma tanggung jawab saya, tapi itu tanggung jawab kita bersama sebagai manusia. Karena itu mari kita menjalankan tanggung jawab yang telah dipercayakan-Nya pada kita dengan sebaik – baiknya. ^ ^



Ketika dunia semakin mengglobal, perkembangan teknologi melesat cepat di seluruh penjuru dunia, bumi seakan karam oleh perkembangan jaman dan segalanya pun telah berubah. Seiring perkembangan jaman, pandangan masyarakat pun telah mengalami apa yang disebut dengan peralihan. Kerap kali apa yang lazim dianggap tidak lazim begitu pula sebaliknya yang tidak lazim dianggap lazim. Masyarakat modern memiliki sikap memberi kelonggaran dalam beberapa hal yang pada umumnya sulit diterima oleh hati nurani. Contohnya soal pornografi yang semakin marak beredar di kalangan mereka yang menyebut dirinya sebagai generasi penerus bangsa.

Istilah pornografi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, Porneia yang berarti cabul dan Grapho yang berarti aku menulis. Mungkin Anda menganggap masalah pornografi ini sebagai masalah pribadi. Namun coba Anda bayangkan bagaimana pengaruh serta akibat – akibat buruk yang dapat dihasilkan budaya pornografi terhadap perkembangan moral bangsa ini. Wanita merupakan subjek yang paling dirugikan, sebab mereka sering kali menjadi objek seks. Selain itu manusia diturunkan derajatnya menjadi sarana pemuas nafsu.

Pornografi sangat berbahaya bagi kesejahteraan masyarakat khususn, karena efek negatifnya yang merugikan banyak pihak. Saat ini budaya pornografi merajalela di kalangan remaja dan kaum muda. Tentunya kita ikut bertanggung jawab atas perkembangan mental generasi muda yang menjadi calon pemimpin bangsa di kemudian hari. Karena kelemahan di bidang moral adalah fakta utama yang membahayakan kemajuan masyarakat.

Ketika seseorang sedang menikmati sebuah karya yang mengandung pornografi, tanpa sadar ia telah dikuasai oleh hawa nafsu. Kesadarannya akan berkurang dan kemudian kepekaan etisnya akan dilemahkan. Konsentrasinya tidak lagi diarahkan kepada hal – hal rasional, melainkan emosional. Lalu apakah akibatnya kelak ? Sebenarnya tak lain daripada suatu bentuk “cuci otak”, dimana apa yang disajikan tayangan pornografi akan merangsang orang tersebut untuk melakukan sendiri / meniru apa yang telah dipertontonkan. seperti layaknya Narkoba, Pornografi menjerat penikmatnya kedalam ketergantungan yang berdampak negatif dan berbahaya.

Selain itu pornografi juga bertentangan dengan ajaran agama. Pornografi membuat manusia kehilangan nilai dan harga, sehingga ia kehilangan segala sesuatu yang memasyhurkan sang penciptanya. Karena itu marilah kita bersama – sama menyadari akan kerusakan moral yang terkandung dalam setiap aktivitas pornografi, dan berusaha melindungi moral, mental, dan rohani kita melalui persenjataan yang telah disediakan Allah dalam Kitab Suci. Kita tidak boleh mendiamkan ataupun menganggap masalah pornografi sebagai perkara yang remeh.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Peradaban manusia yang telah berjalan sejak lama menyisakan situs – situs yang begitu menarik dan berarti, salah satunya yaitu sebuah bangunan vihara peninggalan kerajaan Banten yang terletak di Kampung Kasunyatan Desa Banten, Kasemen Serang. Vihara yang namanya diambil dari nama seorang Buddha yakni Buddha Avalokitesvara ini, telah berdiri sejak abad ke 16 dan dikenal sebagai salah satu vihara tertua di indonesia. Menurut cerita para pengurus vihara yang telah mengurus vihara selama puluhan tahun, vihara ini dibangun oleh salah satu raja banten yang pernah memerintah di tahun 1652 bernama Syeh Syarief Hidayatullah. Saat itu Syeh Syarief Hidayatullah menikahi seorang putri Tiongkok. Sunan Gunung Jati yang merupakan salah seorang dari wali songo, melihat bahwa ada banyak perantau dari Cina yang membutuhkan tempat ibadah. Maka kemudian Sunan Gunung Jati berinisiatif untuk membangun sebuah vihara untuk tempat peribadatan umat Budha pada masa itu, vihara tersebut kemudian diberi nama Vihara Avalokitesvara.

Bagi masyarakat Banten sendiri, bangunan vihara ini tidak hanya sekedar menjadi bangunan bersejarah ataupun tempat peribadatan semata, tetapi juga sebagai simbol bagaimana masyarakat lampau mampu mewariskan keharmonisan dalam menghadapi setiap perbedaan yang ada. Kita semua tahu masyarakat Banten dikenal sebagai komunitas muslim fanatik, tapi nyatanya keharmonisan beragama di kawasan banten lama ini terjalin sangat baik, bahkan tak jarang penduduk yang tinggal di sekitar kawasan vihara ikut terlibat dan membantu ketika ada acara dan perayaan – perayaan di vihara, contohnya seperti perayaan ulang tahun Buddha. Toleransi beragama dan keharmonisan hubungan antara umat islam dan umat Buddha di kawasan Banten lama juga dapat terpancar dari arsitektur bangunan Masjid Agung Banten Lama yang terletak tak jauh dari kawasan vihara. Masjid Agung Banten Lama yang juga adalah ikon Banten lama memiliki arsitektur bangunan yang bergaya Eropa Cina.

Masih ingatkah anda dengan bencana Tsunami yang pernah melanda aceh beberapa tahun yang lalu ? Sesungguhnya bencana Tsunami itu bukan yang pertama kalinya melanda Bangsa Indonesia. Bencana Tsunami pernah terjadi di Banten 123 tahun yang lalu, yang disebabkan oleh meletusnya Gunung Krakatau. Kita dapat menemukan sebuah catatan yang menjelaskan bagaimana peristiwa tsunami tersebut terjadi, terpasang di salah satu bagian dinding vihara. Catatan yang ditulis dalam tiga bahasa ini menjelaskan bagaimana mengerikannya peristiwa tersebut, dan pada saat itu orang – orang berlindung di dalam vihara, sementara air bah menggelundung diluar vihara dengan derasnya menyapu kebun kelapa dan segala benda yang ada, orang – orang di dalam vihara berdoa memohon perlindungan, mukjizat pun terjadi air dan lahar pun tidak masuk ke dalam vihara. Bencana luput dan selamat dilaluinya.

Sejak saat itu masyarakat Buddha Banten percaya, berdoa di Vihara Avalokitesvara dapat membawa keselamatan. Bahkan tak jarang umat Buddha dari luar Banten rela datang ke kawasan Banten Lama hanya untuk berdoa di vihara ini. Ketika ditanya alasannya memilih untuk beribadat di Vihara Avalokitesvara, seorang pengunjung yang telah beribadat di vihara ini selama hampir 30 tahun mengaku senang beribadat di Vihara Avalokitesvara karena suasananya yang jauh dari keramaian, tenang dan damai dan sangat pas untuk berdoa. Menurutnya suasana tersebut sangat sulit di temui di vihara – vihara lain yang terletak di kota – kota besar.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Masalah sampah kerap kali menjadi bahan perbincangan di berbagai kalangan, namun sampai saat ini belum ada langkah konkrit dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat guna menanggulangi masalah kepadatan sampah. Butuh kolaborasi yang nyata antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan lingkungan yang kita dambakan bersama. Jangan pernah menganggap masalah sampah sebagai masalah sepele karena dampak negatifnya yang dapat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Selain menjadi sumber bakteri penyakit , sampah yang menumpuk dan tak terkelola dengan baik dapat mengurangi keindahan kota yang berdampak pada terhambatnya perkembangan kepariwisataan di kota tersebut. Selain itu layaknya kita sadar bahwa kebersihan melambangkan kepribadian bangsa yang bersih dan luhur karena kebersihan dan keindahan suatu negeri mencerminkan moral, mental dan tingkah laku masing-masing individu dalam suatu bangsa.

Merangsang kepedulian setiap lapisan masyarakat untuk bersama – sama mewujudkan lingkungan yang bersih memang bukan hal yang mudah. Di Jakarta saja misalnya, masih banyak warga jakarta yang membuat dan membuang sampah dimana – mana. Mulai dari jalanan, got, sampai sungai. Padahal menurut catatan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, setiap harinya sekitar 6000 Ton sampah dihasilkan di Jakarta. Bayangkan jika setiap harinya ada sekitar 6000 Ton sampah yang bertebaran disekitar anda, akibat ulah oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Apabila hal ini tidak ditanggapi secara serius, bukan mustahil lambat laun kita sendiri pun akan tidur di atas tumpukan sampah bahkan tenggelam didalamnya.

Tentunya pemecahan permasalahan ini tidak dapat dilakukan dalam sekejap mata. Hal ini merupakan suatu permasalahan rumit yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menuntaskannya, namun artinya bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Singapura sebagai negara yang terkenal akan kebersihannya saja butuh 30 tahun untuk menegakkan hukum tentang pembuangan sampah. Ya, mungkin Indonesia dengan wilayahnya yang begitu luas butuh 50 sampai 70 tahun untuk menjadi seperti Singapura, namun yang pasti bukan tidak mungkin bagi negara kita untuk menjadi negara yang bersih seperti Singapura. Asalkan… Setiap elemen masyarakat dan pemerintah bersedia bersama – sama MULAI memberikan dirinya untuk terlibat secara serius dalam usaha melestarikan kebersihan lingkungan kita dari sampah – sampah yang berserakan. Niscaya dengan gotong royong yang menjadi semboyan Bangsa Indonesia, bangsa ini tidak butuh waktu 50 tahun untuk jadi lebih dari Singapura. Karena itu mari bersama – sama kita wujudkan citra Bangsa Indonesia yang bersih dan luhur dengan menjaga kebersihan lingkungan kita, mulai dari hal yang paling sepele. “ Buanglah sampah pada tempatnya !!! “ Bayangkan jika seluruh masyarakat Indonesia membuang sampah pada tempatnya, kan jadi indah banget kan pemandangannya. Lebih baik lagi jika kita bisa memanfaatkan dan mengolah sampah yang ada untuk jadi benda yang lebih berharga dan berarti.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keberagaman etnisnya. Ada orang Batak yang dikenal berpendirian teguh dan suka berbicara lantang, ada orang Madura yang mahir memasak sate, ada orang sunda yang lembut dan sopan, ada orang Banten yang mahir memainkan atraksi debus, ada orang dayak yang pintar berburu, dan masih banyak lagi. Setiap etnis memiliki karakter , kebiasaan , adat istiadat serta kelebihan dan kekurangan masing – masing yang menjadi suatu keindahan tersendiri. Namun, terlepas dari semua perbedaan yang ada, kita semua adalah satu. Satu keluarga didalam satu bangsa, Bangsa Indonesia. Seperti yang tercantum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika maupun Undang – Undang Dasar yang menyatakan bahwa kita semua sama, tidak ada perbedaan. Tetapi pada kenyataannya, selama ini tetap ada diskriminasi terhadap keturunan Cina di Indonesia.

Keturunan Cina di Indonesia, atau yang lebih sering disebut dengan kaum peranakan, sering kali mendapatkan perlakuan berbeda di dalam pergaulan masyarakat Indonesia yang didominasi oleh orang – orang asli Indonesia yang menyebut diri mereka pribumi. Padahal jika kita mencoba untuk menengok sejarah, dalam pidatonya, Bung Hatta mengatakan bahwa Republik Indonesia lahir ke dunia dengan pertumpahan darah dan air mata. Apa yang dicita – citakan Bangsa Indonesia tidak saja hanya ingin melihat negaranya menjadi Negara Hukum, tetapi juga sebagai Negara Peradaban. “ R.I. (S) yang berdasarkan demokrasi dan perikemanusiaan akan mengenal hanya satu macam warga negara, dengan tiada membeda – bedakan asal – usulnya” kata Bung Hatta selanjutnya. Lewat Pidato tersebut harusnya kita sadar bahwa baik peranakan maupun pribumi, keduanya adalah sama, sama – sama Bangsa Indonesia. Yang membedakan keduanya hanyalah soal fisik, mereka yang peranakan, dalam hal ini khususnya peranakan Tionghoa cenderung memiliki warna kulit yang lebih cerah dibandingkan pribumi, namun seiring berjalannya waktu, banyak peranakan Tionghoa yang telah membaur dengan masyarakat setempat hingga terkadang perbedaan fisik pun tak tampak lagi, bahkan hanya segelintir peranakan Tionghoa yang masih paham bahasa leluhur. Karena pada dasarnya kita adalah sama, walaupun berbeda soal fisik di dalam benak kita telah tertanam rasa cinta tanah air yang sama, baik peranakan Tionghoa maupun pribumi sama – sama mencita – citakan Indonesia yang maju.

Jika kita kembali menengok sejarah, kita akan tahu bahwa sebenarnya tidak sedikit peranakan Tionghoa yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini. Apakah anda pernah mendengar nama Lie Eng Hok ? Lie Eng Hok adalah seorang WNI keturunan Tionghoa yang pernah merasakan pahit-getirnya ditahan pemerintah kolonial Belanda dan dibuang ke Papua selama 5 tahun ( 1927 – 1932 ), karena dituduh sebagai salah seorang “otak” pemberontakan 1926 di Banten. Lie semasa mudanya aktif sebagai wartawan Sin Po dan bersahabat dengan W.R. Supratman. Lewat sahabatnya tersebut ia banyak belajar tentang cita – cita kebangsaan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh pemuda keturunan Tionghoa waktu itu. Semasa hidupnya Lie banyak mengabdi bagi bangsa ini dengan menjadi mata – mata bagi teman – temannya sesama kaum pergerakan di Semarang. Dengan menjadi pedagang buku bekas, ia sering membeli buku dengan cara mendatangi rumah – rumah orang Belanda. Dari pekerjaan ini ia memperoleh banyak kenalan dan informasi, yang sering ia sebarkan kepada teman – temannya. Ia juga menjadi kurir orang – orang yang dicurigai Belanda di daerah Jawa Tengah yang hendak mengirim surat kepada sesama orang pergerakan di Semarang. Tak jarang pula ia mencarikan mereka penginapan yang aman bila sedang mengadakan rapat di Semarang. Sampai suatu saat peran Lie sebagai penghubung orang – orang pergerakan ketahuan Belanda. Ia kemudian ditangkap dan dibuang ke Papua, ke tempat bagi orang – orang yang tidak disukai Belanda.

Selain Lie Eng Hok, ada seorang gerilyawan yaitu Almarhum Ferry Sie King Lien yang telah menyumbang jiwa dan raga sebagai harta milik manusia yang paling berharga, demi bangsa ini. Almarhum Ferry Sie gugur dalam Perang Kemerdekaan II di Solo. Ferry adalah seorang gerilyawan kota yang bergerak malam – malam menembaki pos – pos Belanda, menempelkan plakat – plakat untuk memberi dorongan kepada penduduk Solo, menjaga keamanan / perlindungan kepada penduduk dari bahaya rampok dan lain – lain. Sampai suatu malam, ketika Ferry dan kawan – kawannya mengadakan kegiatan gerilya, mereka tertangkap basah oleh satu regu tentara Belanda, ia dan kawan – kawannya kemudian diberondong dengan tembakan dari panser. Jasad Ferry yang saat itu baru berusia 16 tahun dimakamkan keesokan harinya, dan setelah Tentara Belanda meninggalkan kota Solo, jenazah Ferry dan semua prajurit yang gugur dipindahkan ke Makam Pahlawan Taman Bahagia, Jurug, Solo dalam upacara kebesaran militer. Makam Ferry Sie merupakan satu – satunya makam peranakan Tionghoa di Makam Pahlawan Jurog, Solo.

Jika anda adalah seorang pencinta film, tentunya anda tidak asing lagi dengan nama Soe Hok Gie. Almarhum Soe Hok Gie adalah salah satu tokoh penting mahasiswa. Ia termasuk salah satu tokoh kunci dalam sejarah munculnya Angkatan ’66, suatu angkatan dalam sejarah gerakan kaum terpelajar muda di Indonesia yang nyaris jadi legenda, sekaligus mitos. Soe Hok Gie pada masa itu banyak menulis dan membuat catatan – catatan di berbagai media masa. Tulisan – tulisannya yang tajam, menggigit dan seringkali sinis itu membuat rasa kemanusiaan setiap pembacanya seperti dirobek – robek. Lewat tulisan – tulisannya dan kritik – kritik terhadap pemerintah, Soe Hok Gie berusaha untuk memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lie Eng Hok, Ferry Sie King Lien, dan Soe Hok Gie hanya segelintir dari kaum peranakan Tionghoa yang telah banyak mengabdikan dirinya bagi bangsa ini. Selain mereka masih ada nama – nama seperti Biyanti Kharmawan ( Ekonom Internasional yang berjasa memajukan perekonomian Indonesia ), H. Karim Oei ( Sahabat Bung Karno yang banyak memberikan dukungan bagi Bung Karno ketika menjalankan pemerintahan ), Tan King Gwan ( mengharumkan nama Indonesia di bidang olah raga pada Thomas Cup ), Yap Thiam Hien ( seorang pejuang Hak Asasi Manusia di Indonesia ), Oei Jong Tjioe ( penasihat Bung Hatta ), Yap Tjwan Bing ( Salah satu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ), Teguh Karya ( mengharumkan nama bangsa lewat karya – karyanya di dunia teater dan film ), Kwik Gian Gie ( Ekonom dan staf litbang PDI Perjuangan ), Liem Swee King ( mengharumkan nama bangsa dengan menjadi Juara dunia di bidang bulutangkis tahun 1980 ), Rudi Hartono ( Mengharumkan nama bangsa dengan menjadi Juara All England sebanyak delapan kali ) dan masih banyak lagi peranakan tak dikenal yang memperkaya khazanah keindonesiaan. Saya berharap lewat tulisan ini mudah – mudahan timbul harga diri yang wajar di kalangan peranakan Tionghoa. Mereka tidak lagi menjadi orang pinggiran yang mudah tersingkir dan terusir dalam berbakti kepada Tanah air. Karena sekali lagi pada dasarnya kita semua adalah sama, baik pribumi maupun peranakan sama – sama mencita – citakan Indonesia yang lebih baik. Karena itu marilah kita bersama – sama bersatu dan berjuang demi kemajuan bangsa ini, seperti apa yang telah dicita – citakan para pendahulu bangsa ini.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin