twitter



Ketika dunia semakin mengglobal, perkembangan teknologi melesat cepat di seluruh penjuru dunia, bumi seakan karam oleh perkembangan jaman dan segalanya pun telah berubah. Seiring perkembangan jaman, pandangan masyarakat pun telah mengalami apa yang disebut dengan peralihan. Kerap kali apa yang lazim dianggap tidak lazim begitu pula sebaliknya yang tidak lazim dianggap lazim. Masyarakat modern memiliki sikap memberi kelonggaran dalam beberapa hal yang pada umumnya sulit diterima oleh hati nurani. Contohnya soal pornografi yang semakin marak beredar di kalangan mereka yang menyebut dirinya sebagai generasi penerus bangsa.

Istilah pornografi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, Porneia yang berarti cabul dan Grapho yang berarti aku menulis. Mungkin Anda menganggap masalah pornografi ini sebagai masalah pribadi. Namun coba Anda bayangkan bagaimana pengaruh serta akibat – akibat buruk yang dapat dihasilkan budaya pornografi terhadap perkembangan moral bangsa ini. Wanita merupakan subjek yang paling dirugikan, sebab mereka sering kali menjadi objek seks. Selain itu manusia diturunkan derajatnya menjadi sarana pemuas nafsu.

Pornografi sangat berbahaya bagi kesejahteraan masyarakat khususn, karena efek negatifnya yang merugikan banyak pihak. Saat ini budaya pornografi merajalela di kalangan remaja dan kaum muda. Tentunya kita ikut bertanggung jawab atas perkembangan mental generasi muda yang menjadi calon pemimpin bangsa di kemudian hari. Karena kelemahan di bidang moral adalah fakta utama yang membahayakan kemajuan masyarakat.

Ketika seseorang sedang menikmati sebuah karya yang mengandung pornografi, tanpa sadar ia telah dikuasai oleh hawa nafsu. Kesadarannya akan berkurang dan kemudian kepekaan etisnya akan dilemahkan. Konsentrasinya tidak lagi diarahkan kepada hal – hal rasional, melainkan emosional. Lalu apakah akibatnya kelak ? Sebenarnya tak lain daripada suatu bentuk “cuci otak”, dimana apa yang disajikan tayangan pornografi akan merangsang orang tersebut untuk melakukan sendiri / meniru apa yang telah dipertontonkan. seperti layaknya Narkoba, Pornografi menjerat penikmatnya kedalam ketergantungan yang berdampak negatif dan berbahaya.

Selain itu pornografi juga bertentangan dengan ajaran agama. Pornografi membuat manusia kehilangan nilai dan harga, sehingga ia kehilangan segala sesuatu yang memasyhurkan sang penciptanya. Karena itu marilah kita bersama – sama menyadari akan kerusakan moral yang terkandung dalam setiap aktivitas pornografi, dan berusaha melindungi moral, mental, dan rohani kita melalui persenjataan yang telah disediakan Allah dalam Kitab Suci. Kita tidak boleh mendiamkan ataupun menganggap masalah pornografi sebagai perkara yang remeh.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Peradaban manusia yang telah berjalan sejak lama menyisakan situs – situs yang begitu menarik dan berarti, salah satunya yaitu sebuah bangunan vihara peninggalan kerajaan Banten yang terletak di Kampung Kasunyatan Desa Banten, Kasemen Serang. Vihara yang namanya diambil dari nama seorang Buddha yakni Buddha Avalokitesvara ini, telah berdiri sejak abad ke 16 dan dikenal sebagai salah satu vihara tertua di indonesia. Menurut cerita para pengurus vihara yang telah mengurus vihara selama puluhan tahun, vihara ini dibangun oleh salah satu raja banten yang pernah memerintah di tahun 1652 bernama Syeh Syarief Hidayatullah. Saat itu Syeh Syarief Hidayatullah menikahi seorang putri Tiongkok. Sunan Gunung Jati yang merupakan salah seorang dari wali songo, melihat bahwa ada banyak perantau dari Cina yang membutuhkan tempat ibadah. Maka kemudian Sunan Gunung Jati berinisiatif untuk membangun sebuah vihara untuk tempat peribadatan umat Budha pada masa itu, vihara tersebut kemudian diberi nama Vihara Avalokitesvara.

Bagi masyarakat Banten sendiri, bangunan vihara ini tidak hanya sekedar menjadi bangunan bersejarah ataupun tempat peribadatan semata, tetapi juga sebagai simbol bagaimana masyarakat lampau mampu mewariskan keharmonisan dalam menghadapi setiap perbedaan yang ada. Kita semua tahu masyarakat Banten dikenal sebagai komunitas muslim fanatik, tapi nyatanya keharmonisan beragama di kawasan banten lama ini terjalin sangat baik, bahkan tak jarang penduduk yang tinggal di sekitar kawasan vihara ikut terlibat dan membantu ketika ada acara dan perayaan – perayaan di vihara, contohnya seperti perayaan ulang tahun Buddha. Toleransi beragama dan keharmonisan hubungan antara umat islam dan umat Buddha di kawasan Banten lama juga dapat terpancar dari arsitektur bangunan Masjid Agung Banten Lama yang terletak tak jauh dari kawasan vihara. Masjid Agung Banten Lama yang juga adalah ikon Banten lama memiliki arsitektur bangunan yang bergaya Eropa Cina.

Masih ingatkah anda dengan bencana Tsunami yang pernah melanda aceh beberapa tahun yang lalu ? Sesungguhnya bencana Tsunami itu bukan yang pertama kalinya melanda Bangsa Indonesia. Bencana Tsunami pernah terjadi di Banten 123 tahun yang lalu, yang disebabkan oleh meletusnya Gunung Krakatau. Kita dapat menemukan sebuah catatan yang menjelaskan bagaimana peristiwa tsunami tersebut terjadi, terpasang di salah satu bagian dinding vihara. Catatan yang ditulis dalam tiga bahasa ini menjelaskan bagaimana mengerikannya peristiwa tersebut, dan pada saat itu orang – orang berlindung di dalam vihara, sementara air bah menggelundung diluar vihara dengan derasnya menyapu kebun kelapa dan segala benda yang ada, orang – orang di dalam vihara berdoa memohon perlindungan, mukjizat pun terjadi air dan lahar pun tidak masuk ke dalam vihara. Bencana luput dan selamat dilaluinya.

Sejak saat itu masyarakat Buddha Banten percaya, berdoa di Vihara Avalokitesvara dapat membawa keselamatan. Bahkan tak jarang umat Buddha dari luar Banten rela datang ke kawasan Banten Lama hanya untuk berdoa di vihara ini. Ketika ditanya alasannya memilih untuk beribadat di Vihara Avalokitesvara, seorang pengunjung yang telah beribadat di vihara ini selama hampir 30 tahun mengaku senang beribadat di Vihara Avalokitesvara karena suasananya yang jauh dari keramaian, tenang dan damai dan sangat pas untuk berdoa. Menurutnya suasana tersebut sangat sulit di temui di vihara – vihara lain yang terletak di kota – kota besar.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Masalah sampah kerap kali menjadi bahan perbincangan di berbagai kalangan, namun sampai saat ini belum ada langkah konkrit dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat guna menanggulangi masalah kepadatan sampah. Butuh kolaborasi yang nyata antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan lingkungan yang kita dambakan bersama. Jangan pernah menganggap masalah sampah sebagai masalah sepele karena dampak negatifnya yang dapat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Selain menjadi sumber bakteri penyakit , sampah yang menumpuk dan tak terkelola dengan baik dapat mengurangi keindahan kota yang berdampak pada terhambatnya perkembangan kepariwisataan di kota tersebut. Selain itu layaknya kita sadar bahwa kebersihan melambangkan kepribadian bangsa yang bersih dan luhur karena kebersihan dan keindahan suatu negeri mencerminkan moral, mental dan tingkah laku masing-masing individu dalam suatu bangsa.

Merangsang kepedulian setiap lapisan masyarakat untuk bersama – sama mewujudkan lingkungan yang bersih memang bukan hal yang mudah. Di Jakarta saja misalnya, masih banyak warga jakarta yang membuat dan membuang sampah dimana – mana. Mulai dari jalanan, got, sampai sungai. Padahal menurut catatan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, setiap harinya sekitar 6000 Ton sampah dihasilkan di Jakarta. Bayangkan jika setiap harinya ada sekitar 6000 Ton sampah yang bertebaran disekitar anda, akibat ulah oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Apabila hal ini tidak ditanggapi secara serius, bukan mustahil lambat laun kita sendiri pun akan tidur di atas tumpukan sampah bahkan tenggelam didalamnya.

Tentunya pemecahan permasalahan ini tidak dapat dilakukan dalam sekejap mata. Hal ini merupakan suatu permasalahan rumit yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menuntaskannya, namun artinya bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Singapura sebagai negara yang terkenal akan kebersihannya saja butuh 30 tahun untuk menegakkan hukum tentang pembuangan sampah. Ya, mungkin Indonesia dengan wilayahnya yang begitu luas butuh 50 sampai 70 tahun untuk menjadi seperti Singapura, namun yang pasti bukan tidak mungkin bagi negara kita untuk menjadi negara yang bersih seperti Singapura. Asalkan… Setiap elemen masyarakat dan pemerintah bersedia bersama – sama MULAI memberikan dirinya untuk terlibat secara serius dalam usaha melestarikan kebersihan lingkungan kita dari sampah – sampah yang berserakan. Niscaya dengan gotong royong yang menjadi semboyan Bangsa Indonesia, bangsa ini tidak butuh waktu 50 tahun untuk jadi lebih dari Singapura. Karena itu mari bersama – sama kita wujudkan citra Bangsa Indonesia yang bersih dan luhur dengan menjaga kebersihan lingkungan kita, mulai dari hal yang paling sepele. “ Buanglah sampah pada tempatnya !!! “ Bayangkan jika seluruh masyarakat Indonesia membuang sampah pada tempatnya, kan jadi indah banget kan pemandangannya. Lebih baik lagi jika kita bisa memanfaatkan dan mengolah sampah yang ada untuk jadi benda yang lebih berharga dan berarti.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin



Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keberagaman etnisnya. Ada orang Batak yang dikenal berpendirian teguh dan suka berbicara lantang, ada orang Madura yang mahir memasak sate, ada orang sunda yang lembut dan sopan, ada orang Banten yang mahir memainkan atraksi debus, ada orang dayak yang pintar berburu, dan masih banyak lagi. Setiap etnis memiliki karakter , kebiasaan , adat istiadat serta kelebihan dan kekurangan masing – masing yang menjadi suatu keindahan tersendiri. Namun, terlepas dari semua perbedaan yang ada, kita semua adalah satu. Satu keluarga didalam satu bangsa, Bangsa Indonesia. Seperti yang tercantum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika maupun Undang – Undang Dasar yang menyatakan bahwa kita semua sama, tidak ada perbedaan. Tetapi pada kenyataannya, selama ini tetap ada diskriminasi terhadap keturunan Cina di Indonesia.

Keturunan Cina di Indonesia, atau yang lebih sering disebut dengan kaum peranakan, sering kali mendapatkan perlakuan berbeda di dalam pergaulan masyarakat Indonesia yang didominasi oleh orang – orang asli Indonesia yang menyebut diri mereka pribumi. Padahal jika kita mencoba untuk menengok sejarah, dalam pidatonya, Bung Hatta mengatakan bahwa Republik Indonesia lahir ke dunia dengan pertumpahan darah dan air mata. Apa yang dicita – citakan Bangsa Indonesia tidak saja hanya ingin melihat negaranya menjadi Negara Hukum, tetapi juga sebagai Negara Peradaban. “ R.I. (S) yang berdasarkan demokrasi dan perikemanusiaan akan mengenal hanya satu macam warga negara, dengan tiada membeda – bedakan asal – usulnya” kata Bung Hatta selanjutnya. Lewat Pidato tersebut harusnya kita sadar bahwa baik peranakan maupun pribumi, keduanya adalah sama, sama – sama Bangsa Indonesia. Yang membedakan keduanya hanyalah soal fisik, mereka yang peranakan, dalam hal ini khususnya peranakan Tionghoa cenderung memiliki warna kulit yang lebih cerah dibandingkan pribumi, namun seiring berjalannya waktu, banyak peranakan Tionghoa yang telah membaur dengan masyarakat setempat hingga terkadang perbedaan fisik pun tak tampak lagi, bahkan hanya segelintir peranakan Tionghoa yang masih paham bahasa leluhur. Karena pada dasarnya kita adalah sama, walaupun berbeda soal fisik di dalam benak kita telah tertanam rasa cinta tanah air yang sama, baik peranakan Tionghoa maupun pribumi sama – sama mencita – citakan Indonesia yang maju.

Jika kita kembali menengok sejarah, kita akan tahu bahwa sebenarnya tidak sedikit peranakan Tionghoa yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini. Apakah anda pernah mendengar nama Lie Eng Hok ? Lie Eng Hok adalah seorang WNI keturunan Tionghoa yang pernah merasakan pahit-getirnya ditahan pemerintah kolonial Belanda dan dibuang ke Papua selama 5 tahun ( 1927 – 1932 ), karena dituduh sebagai salah seorang “otak” pemberontakan 1926 di Banten. Lie semasa mudanya aktif sebagai wartawan Sin Po dan bersahabat dengan W.R. Supratman. Lewat sahabatnya tersebut ia banyak belajar tentang cita – cita kebangsaan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh pemuda keturunan Tionghoa waktu itu. Semasa hidupnya Lie banyak mengabdi bagi bangsa ini dengan menjadi mata – mata bagi teman – temannya sesama kaum pergerakan di Semarang. Dengan menjadi pedagang buku bekas, ia sering membeli buku dengan cara mendatangi rumah – rumah orang Belanda. Dari pekerjaan ini ia memperoleh banyak kenalan dan informasi, yang sering ia sebarkan kepada teman – temannya. Ia juga menjadi kurir orang – orang yang dicurigai Belanda di daerah Jawa Tengah yang hendak mengirim surat kepada sesama orang pergerakan di Semarang. Tak jarang pula ia mencarikan mereka penginapan yang aman bila sedang mengadakan rapat di Semarang. Sampai suatu saat peran Lie sebagai penghubung orang – orang pergerakan ketahuan Belanda. Ia kemudian ditangkap dan dibuang ke Papua, ke tempat bagi orang – orang yang tidak disukai Belanda.

Selain Lie Eng Hok, ada seorang gerilyawan yaitu Almarhum Ferry Sie King Lien yang telah menyumbang jiwa dan raga sebagai harta milik manusia yang paling berharga, demi bangsa ini. Almarhum Ferry Sie gugur dalam Perang Kemerdekaan II di Solo. Ferry adalah seorang gerilyawan kota yang bergerak malam – malam menembaki pos – pos Belanda, menempelkan plakat – plakat untuk memberi dorongan kepada penduduk Solo, menjaga keamanan / perlindungan kepada penduduk dari bahaya rampok dan lain – lain. Sampai suatu malam, ketika Ferry dan kawan – kawannya mengadakan kegiatan gerilya, mereka tertangkap basah oleh satu regu tentara Belanda, ia dan kawan – kawannya kemudian diberondong dengan tembakan dari panser. Jasad Ferry yang saat itu baru berusia 16 tahun dimakamkan keesokan harinya, dan setelah Tentara Belanda meninggalkan kota Solo, jenazah Ferry dan semua prajurit yang gugur dipindahkan ke Makam Pahlawan Taman Bahagia, Jurug, Solo dalam upacara kebesaran militer. Makam Ferry Sie merupakan satu – satunya makam peranakan Tionghoa di Makam Pahlawan Jurog, Solo.

Jika anda adalah seorang pencinta film, tentunya anda tidak asing lagi dengan nama Soe Hok Gie. Almarhum Soe Hok Gie adalah salah satu tokoh penting mahasiswa. Ia termasuk salah satu tokoh kunci dalam sejarah munculnya Angkatan ’66, suatu angkatan dalam sejarah gerakan kaum terpelajar muda di Indonesia yang nyaris jadi legenda, sekaligus mitos. Soe Hok Gie pada masa itu banyak menulis dan membuat catatan – catatan di berbagai media masa. Tulisan – tulisannya yang tajam, menggigit dan seringkali sinis itu membuat rasa kemanusiaan setiap pembacanya seperti dirobek – robek. Lewat tulisan – tulisannya dan kritik – kritik terhadap pemerintah, Soe Hok Gie berusaha untuk memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lie Eng Hok, Ferry Sie King Lien, dan Soe Hok Gie hanya segelintir dari kaum peranakan Tionghoa yang telah banyak mengabdikan dirinya bagi bangsa ini. Selain mereka masih ada nama – nama seperti Biyanti Kharmawan ( Ekonom Internasional yang berjasa memajukan perekonomian Indonesia ), H. Karim Oei ( Sahabat Bung Karno yang banyak memberikan dukungan bagi Bung Karno ketika menjalankan pemerintahan ), Tan King Gwan ( mengharumkan nama Indonesia di bidang olah raga pada Thomas Cup ), Yap Thiam Hien ( seorang pejuang Hak Asasi Manusia di Indonesia ), Oei Jong Tjioe ( penasihat Bung Hatta ), Yap Tjwan Bing ( Salah satu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ), Teguh Karya ( mengharumkan nama bangsa lewat karya – karyanya di dunia teater dan film ), Kwik Gian Gie ( Ekonom dan staf litbang PDI Perjuangan ), Liem Swee King ( mengharumkan nama bangsa dengan menjadi Juara dunia di bidang bulutangkis tahun 1980 ), Rudi Hartono ( Mengharumkan nama bangsa dengan menjadi Juara All England sebanyak delapan kali ) dan masih banyak lagi peranakan tak dikenal yang memperkaya khazanah keindonesiaan. Saya berharap lewat tulisan ini mudah – mudahan timbul harga diri yang wajar di kalangan peranakan Tionghoa. Mereka tidak lagi menjadi orang pinggiran yang mudah tersingkir dan terusir dalam berbakti kepada Tanah air. Karena sekali lagi pada dasarnya kita semua adalah sama, baik pribumi maupun peranakan sama – sama mencita – citakan Indonesia yang lebih baik. Karena itu marilah kita bersama – sama bersatu dan berjuang demi kemajuan bangsa ini, seperti apa yang telah dicita – citakan para pendahulu bangsa ini.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin