twitter


Aaaaahhh.. Gila.. Setelah begitu lama menghilang.. Akhirnya gwe buka lagi ini blog.. Super prihatin dengan keadaan blog ini.. Ibarat roti tawar, mungkin blog ini udah berubah warna jadi ungu keijo-ijoan karena jamuran dan berhiaskan belatung.. Hiiiiiii.. Maap dah.. Nih smua gara2 Kompasiana yang membuat gwe memilih untuk berkhianat dan pindah ke lain blog.. hohoho Yaaaaa.. Skarang gwe emang lebih sering nulis di blog Kompasiana karena mungkin lebih pasti aja gitu kalo ada yang ngebaca selain gwe dan Tuhan.. wkwkwk Nih alamat blog Kompasiana gwe : http://www.kompasiana.com/DeirdreTenawin

Tetapi tadi gwe berpikir sih gimana caranya mendayagunakan blog ini kembali, entah sebagai apapun.. At least gak cuma menuh-menuhin lemarinya om Google doang.. Dan pilihannya.. Ehm.. Gwe rasa lebih baik blog ini jadi tong sampah daripada jadi sampah di tong om Google? Hehe Apa yang akan gwe buang ke dalamnya? Ya.. Let's see.. Semoga yang gwe buang ke sini bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan menginspirasi pemulung-pemulung yang mengais-ngais tulisan di blog ini. :)




Dalam rangka memperingati hari buruh nasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei, sekitar 100.000 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Indonesia melakukan long march dari bunderan Hotel Indonesia sampai Istana Negara, Minggu (1/5). Perjalanan mereka dimulai sekitar pukul 10.30 WIB setelah sebelumnya massa mendengarkan orasi dari pemimpin mereka dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Adapun, ormas-ormas yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini antara lain ; Indonesian Banking Union, KAJS (Komite Aksi Jaminan Sosial), FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia), SPBP,FSBI,FSB Kamiparho, FSPTS,dsb.

Sepanjang perjalanan, massa terus meneriakkan aspirasi mereka sambil mengibar-ngibarkan bendera bergambarkan logo ormas serta spanduk dan papan-papan yang bertuliskan tuntutan mereka pada pemerintah. Tuntutan yang mereka ajukan diantaranya berkaitan dengan pengesahan RUU BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), No 40 tahun 2004, yang membahas tentang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional). Selain itu massa juga menuntut untuk dilakukannya penghapusanoutsourcing, pemenuhan hak-hak PRT (Pembantu Rumah Tangga), penyediaan pengobatan gratis bagi para buruh, nasionalisme perbankan, dll.

Diantara gerombolan massa tersebut terdapat anggota DPR dari fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka yang ikut turun ke jalan meneriakkan ide penyelenggaran sistem jaminan sosial. “Saya pikir sistem jaminan sosial tidak bisa hanya diserahkan kepada lembaga-lembaga resmi DPR ataupun eksekutif. Kalau ini memang dibutuhkan seluruh rakyat, kita perjuangkan sama-sama. Waktu pembahasan tinggal 47 hari, kalau tidak dibantu oleh elemen masyarakat dan seluruh rakyat Indonesia, kita tidak akan pernah punya sistem jaminan sosial. Padahal ini adalah amanat konstitusi pasal 28 yang mengatakan bahwa setiap rakyat berhak mendapatkan jaminan sosial. Selain itu pasal 34 juga berbunyi negara wajib menggunakan sistem jaminan sosial” jelasnya.

Pukul 11.45 WIB, massa tiba di depan kantor RRI untuk kembali mendengarkan orasi. Sementara itu polisi telah berjaga-jaga beberapa km di depan dengan tali tambang yang akan digunakan untuk menghalau langkah massa agar tidak mendekat ke Istana Negara.

Kapolda Metro Jaya, Irjen Sutarman mengatakan pihaknya telah mengerahkan 14.000 personilnya untuk melakukan pengamanan di tiik-titik pemberangkatan massa di Jabotabek, sepanjang rute perjalanan, Istana Negara dan titik-titik lain di Jakarta. Bahkan beliau turut mengikuti massa dari bunderan Hotel Indonesia (HI) sampai Istana Negara agar diharapkan tidak ada provokasi dari kelompok-kelompok lain. “Saya kira memang yang dilakukan mereka sudah dikoordinasikan sebelumnya, saya sudah bertemu dengan korlap-korlapnya, rangkaian kegiatan juga sudah di desain oleh mereka, dan kita juga mengawasi supaya tidak keluar dari tema-tema.”

Setelah sempat terlibat aksi saling dorong, massa akhirnya dapat menerobos barisan polisi dan mendekati Istana Negara. Massa tidak dapat masuk ke dalam Istana Negara karena di sekitar Istana Negara telah dipasang kawat-kawat berduri. Mereka kemudian membakar ban-ban di depan istana untuk meluapkan kekesalan mereka. Dan pada pukul 12.45 WIB, Istana Negara pun telah dikelilingi oleh massa yang kembali berorasi. Beruntung aksi demonstrasi para buruh hari ini berlangsung tertib dan damai sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Setelah kurang lebih 5 jam melakukan kegiatan mereka, massa pun meninggalkan Istana Negara. (Deirdre Tenawin)



Prinsip ekonomi mengajarkan bagaimana dengan pengorbanan sekecil - kecilnya, dapat diraih keuntungan sebesar - besarnya. Sadar atau tidak sadar, ada banyak masyarakat Indonesia yang menganut prinsip itu, bukan hanya dalam konteks kegiatan ekonomi, tetapi juga dalam hal memandang masa depan mereka.

Tidak ada orang yang mau gagal dalam hidupnya. Kesuksesan menjadi impian semua orang. Tetapi hanya sebagian yang berhasil meraih impian itu. Dan sisanya masih terus bermimpi dengan berpegangan pada prinsip ekonomi. Berpikir bagaimana cara meraih kesuksesan dengan usaha sekecil - kecilnya. Mungkin Rega, adalah satu diantara banyak orang itu.

" kalo ditanya soal sukses, sukses ya pingin atuh mbak, cuman aku kepengen hidup tenang dan damai kayak sekarang " jawab Rega, seorang tukang parkir yang tahun ini telah menginjak usianya yang ke dua puluh dua tahun. Rega mengaku pernah bersekolah, tapi pendidikannya berakhir di bangku kelas 2 STM ( sekolah tinggi mesin ) lantaran tidak suka belajar dan lebih senang hidup bebas seperti sekarang. Tanpa beban. Tanpa aturan. Tanpa kewajiban.

Pria muda yang punya hobi memelihara burung ini, sehari - harinya menjadi tukang parkir jalanan dekat sebuah tempat makan terbuka di daerah BSD. Tempat makan itu hampir selalu ramai dikunjungi pengunjung. Terutama pada jam - jam makan siang dan jam - jam makan malam. Penghasilan Rega bergantung pada seberapa ramai tempat makan tersebut.

Pekerjaan Rega sebagai tukang parkir jalanan, telah Ia geluti selama sembilan tahun. Dari hari senin hingga hari minggu, dari pagi hingga malam. Jalanan bukan lagi hanya menjadi tempatnya mengumpulkan uang. Jalanan telah menjadi rumah kedua baginya, tempatnya bermain, bergaul dan mengumpulkan teman.

" terus.. terus.. ", teriaknya dibawah terik matahari yang sangat menyegat kulit. Dengan baju yang basah karena keringat dan dahi yang mengkerut akibat menahan panas, satu demi satu mobil diarahkannya meninggalkan tempat parkir. Pengemudi mobil pun menurunkan kaca mobilnya dan menyerahkan selembar seribuan atau bahkan hanya sebuah koin lima ratusan. Tapi Rega tidak pernah mengeluh, dengan senyuman ia menyampaikan terimakasihnya.

Belum sempat ia istirahat, mobil - mobil lain sudah datang dan Rega dengan sigap kembali mengarahkan mobil - mobil itu untuk mengisi tempat parkir yang kosong.

Sudah terbiasa adalah alasan yang diberikan Rega ketika ditanya mengapa dirinya lebih memilih mangkal di tempat mangkalnya sekarang dibandingkan tempat lain. Ia belum pernah pindah tempat mangkal. Di sanalah ia mendapatkan teman - teman yang saling mendukung satu sama lain. Ada 14 orang temannya yg juga bekerja seperti Rega, tapi mereka tidak pernah berebut pelanggan. Semua dapat bagian.

Dalam sehari, penghasilan yang didapat Rega tidak tentu, umumnya berkisar antara Rp 30.000,00 sampai Rp 50.000,00. Sebagai bujangan yang belum bekeluarga, penghasilannya Ia gunakan untuk makan sehari - hari dan membeli rokok.

Jika ada kesempatan, Rega mengaku tidak ingin terus menjadi tukang parkir selamanya, Ia mendambakan masa depan yang lebih baik. Harapannya Ia bisa membuka usaha kecil - kecilan atau bekerja sebagai satpam, mengikuti jejak ayah dan beberapa saudaranya. Tetapi bukan sekarang saatnya, ia merasa masih ingin menikmati kebebasan di hari mudanya. Menikmati hidup yang santai, tenang, penuh canda dan tawa bersama teman - temannya.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin